Dalam budaya populer maupun dongeng dari berbagai penjuru dunia, sosok naga kerap digambarkan sebagai makhluk raksasa dengan wujud menyeramkan, kadang bersayap, kadang pula mampu menyemburkan api. Namun, pertanyaannya: apakah dalam Islam sendiri ada kepercayaan terhadap makhluk bernama naga? Ataukah kisah naga hanya sebatas mitos yang tidak pernah diakui dalam tradisi keislaman? Artikel ini akan membahasnya secara mendalam, mulai dari dalil Al-Qur’an, hadis, pandangan para ulama, hingga refleksi pribadi penulis tentang fenomena naga dalam kehidupan modern.
Pandangan Islam terhadap Makhluk Ghaib
Islam secara jelas meyakini adanya makhluk-makhluk ghaib seperti malaikat, jin, dan setan, sebagaimana disebutkan berulang kali dalam Al-Qur’an dan hadis. Namun, eksistensi makhluk-makhluk selain itu tidak serta merta diakui kecuali jika ada dalil yang shahih dan jelas.
Dalil tentang Jin dan Makhluk Ghaib
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dari ayat ini, jelas bahwa jin adalah makhluk ghaib yang keberadaannya diimani oleh umat Islam. Namun, tidak ada satu pun ayat maupun hadis shahih yang menyebutkan tentang keberadaan “naga” secara eksplisit.
Kata ‘Naga’ dalam Al-Qur’an dan Hadis
Secara spesifik, kata “naga” tidak pernah ditemukan dalam Al-Qur’an maupun hadis Nabi Muhammad SAW. Namun, ada beberapa ayat yang membahas hewan atau makhluk besar dan mengerikan, salah satunya adalah kisah tongkat Nabi Musa AS yang berubah menjadi ular raksasa ketika berhadapan dengan para penyihir Firaun.
Kisah Tongkat Nabi Musa AS
Allah berfirman:
“Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat itu. Sesungguhnya apa yang mereka buat adalah tipu daya tukang sihir, dan tukang sihir itu tidak akan menang, dari mana saja ia datang.” (QS. Thaha: 69)
Dalam beberapa tafsir, dikisahkan bahwa tongkat Nabi Musa berubah menjadi “ular besar” (Arab: tsu’banun ‘azhim). Sebagian orang awam mungkin mengidentikkan “ular raksasa” ini dengan gambaran naga dalam mitologi. Namun para ulama menegaskan, yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah ular, bukan naga sebagaimana dipahami dalam dongeng Tiongkok atau Eropa.
Asal-usul Mitos Naga di Berbagai Budaya
Fenomena naga sebenarnya berasal dari mitos dan cerita rakyat, terutama di budaya Tiongkok, Eropa, bahkan Nusantara. Naga dalam budaya Tiongkok dianggap sebagai simbol keberuntungan dan kekuatan. Sementara di Eropa, naga sering digambarkan sebagai makhluk jahat yang harus dikalahkan oleh ksatria.
Sebagai seorang penulis sekaligus pecinta game RPG, penulis pernah beberapa kali menemui karakter naga dalam game seperti Skyrim, Monster Hunter, hingga Genshin Impact. Dalam dunia game, naga digambarkan sangat kuat, menjadi bos utama yang harus dikalahkan pemain.
Quote Penulis:
“Saya pernah memainkan beberapa game yang menghadirkan naga sebagai musuh utama. Awalnya seru, tapi sempat berpikir, apakah naga ini benar-benar ada? Lalu bagaimana sebenarnya pandangan Islam soal naga?”
Refleksi ini sering membawa penulis kembali merenungi bahwa dalam Islam, keimanan didasarkan pada dalil, bukan pada cerita dongeng atau imajinasi fiksi.
Pandangan Ulama Tentang Naga
Banyak ulama yang sudah membahas tentang “makhluk aneh” atau makhluk yang hanya ada dalam mitos. Dalam buku Al-Mufassirun wa Asatir al-Awwalin, disebutkan bahwa Islam hanya meyakini makhluk yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadis shahih. Jika ada makhluk seperti naga yang tidak disebutkan, maka tidak wajib dipercaya.
Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir menjelaskan bahwa semua makhluk ghaib yang wajib diimani hanyalah malaikat, jin, dan setan. Sementara tentang naga, beliau menegaskan:
“Tidak ada nash yang shahih tentang keberadaan naga dalam Islam. Jika pun ada kisah yang menyamakan naga dengan ular Nabi Musa, itu hanyalah bentuk tasybih (perumpamaan) yang tidak bisa dijadikan dalil akidah.”
Ular Raksasa vs. Naga: Penjelasan Tafsir
Beberapa tafsir memang menggunakan istilah “ular besar” untuk menerjemahkan kata tsu’ban dalam kisah Nabi Musa AS. Namun para mufassir menegaskan bahwa ular besar di sini hanyalah fenomena luar biasa sebagai mukjizat, bukan makhluk fiktif seperti naga dalam cerita rakyat.
Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam tafsirnya menyebut:
“Tongkat Musa menjadi ular besar adalah mukjizat dari Allah, bukan berarti ada makhluk bernama naga seperti dalam mitos.”
Bagaimana Sikap Umat Islam terhadap Mitos Naga?
Umat Islam diajarkan untuk tidak mudah mempercayai mitos tanpa dasar dalil syar’i. Namun, tidak sedikit masyarakat yang terlanjur mengasosiasikan naga dengan hal-hal ghaib atau bahkan percaya ada naga penjaga laut, gunung, dan sebagainya.
Penjelasan Ulama Nusantara
Ulama Nusantara seperti KH. Ali Mustafa Yaqub menegaskan bahwa kepercayaan terhadap naga yang sering muncul dalam budaya lokal adalah warisan animisme dan dinamisme sebelum datangnya Islam. Islam sendiri datang untuk meluruskan akidah bahwa tidak ada makhluk lain yang bisa mengalahkan kekuasaan Allah.
Naga dalam Literatur Islam Klasik dan Kitab Kuno
Sebagian kitab tafsir klasik memang kadang menggunakan istilah “naga” saat menerjemahkan kata tsu’ban, namun ini lebih sebagai istilah sastra ketimbang penjelasan literal. Dalam Tafsir al-Jalalain, misalnya, terdapat penjelasan bahwa ular Musa sangat besar hingga tampak seperti naga, namun tetap saja yang berubah adalah ular, bukan makhluk naga sebagaimana dalam mitos.
Islam dan Imajinasi: Memaknai Mitos Sebagai Hiburan
Dalam Islam, tidak semua imajinasi dan cerita fantasi itu dilarang. Selama tidak diyakini secara akidah dan tidak bertentangan dengan syariat, kisah naga boleh saja dijadikan hiburan, selama disadari bahwa itu hanya fiksi.
Sebagaimana penulis alami sendiri saat bermain game dan menonton film bertema naga, sensasi hiburan memang tinggi, tapi tidak lantas membuat kita meyakini naga itu ada di dunia nyata.
Islam Tidak Mempercayai Adanya Naga
Berdasarkan penelusuran dalil Al-Qur’an, hadis, dan penjelasan para ulama, dapat disimpulkan bahwa Islam tidak mempercayai adanya naga sebagaimana digambarkan dalam mitos atau dongeng dunia. Yang wajib diimani hanyalah makhluk ghaib yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis, yaitu malaikat, jin, dan setan.
Adapun kisah naga yang sering muncul dalam budaya populer, film, maupun game, hendaknya diposisikan sebagai bagian dari hiburan atau karya imajinasi manusia, bukan sebagai kebenaran yang wajib diyakini dalam Islam.
Quote Penulis:
“Setiap kali melihat naga di layar game seperti nagavip atau film, saya selalu ingat nasihat guru ngaji: ‘Iman itu jangan asal percaya, harus ada dasarnya.’ Dan memang, Islam mengajarkan kita untuk memilah mana hiburan, mana akidah.”
Redaksi aet.co.id
Menebar Hikmah, Menginspirasi Umat