Gaya hidup hedon semakin banyak disoroti dalam kehidupan modern saat ini. Fenomena ini terlihat jelas pada pola konsumsi masyarakat yang gemar memamerkan harta, kemewahan, serta kesenangan duniawi di media sosial. Istilah hedonisme sendiri merujuk pada pandangan hidup yang menempatkan kesenangan sebagai tujuan utama. Dalam Islam, sikap seperti ini sangat tidak dianjurkan karena dapat membuat manusia lalai dari tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu beribadah kepada Allah SWT.
Islam menekankan pentingnya hidup seimbang. Dunia memang boleh dinikmati, tetapi jangan sampai melalaikan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
“Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa kesombongan dan berlebih-lebihan.” (HR. Ibnu Majah)
Hadits ini menjadi peringatan bahwa segala bentuk konsumsi yang berlebihan, apalagi sekadar untuk kesombongan, dapat membawa pada kebinasaan. Lalu, bagaimana cara seorang muslim agar terhindar dari jebakan gaya hidup hedon?
Memperkuat Niat Hidup Sederhana
Setiap langkah kehidupan seorang muslim berawal dari niat. Jika niat seseorang hanya untuk mengejar dunia, maka hidupnya akan terus dihantui rasa kurang dan tidak pernah puas. Namun jika niatnya untuk mencari ridha Allah, maka hidup sederhana akan terasa cukup dan penuh berkah.
Menanamkan Kesadaran dalam Hati
Niat hidup sederhana bukanlah sekadar ucapan, melainkan kesadaran mendalam bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara. Kesadaran ini membuat seorang muslim tidak mudah silau dengan gemerlap dunia.
Membedakan Kebutuhan dan Keinginan
Banyak orang terjebak hedonisme karena gagal membedakan kebutuhan dan keinginan. Membeli barang mewah bukanlah masalah jika memang dibutuhkan, tetapi jika hanya untuk gengsi, maka hal itu termasuk israf (berlebih-lebihan) yang dilarang Islam.
Penulis berpendapat, “Sederhana bukan berarti miskin, melainkan bijak dalam memilih mana yang benar-benar penting dan mana yang hanya hawa nafsu.”
Mengatur Keuangan dengan Bijak
Harta adalah amanah dari Allah, bukan sekadar alat untuk berfoya-foya. Dalam Al-Qur’an, Allah melarang umatnya berperilaku boros.
Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al-Isra: 26-27)
Membuat Anggaran Bulanan
Mengatur keuangan dimulai dari membuat anggaran. Dengan anggaran, seseorang bisa membatasi pengeluaran dan menghindari kebiasaan belanja impulsif.
Menyisihkan untuk Tabungan dan Sedekah
Dalam Islam, sedekah bukan sekadar anjuran, tetapi jalan keberkahan harta. Menyisihkan sebagian penghasilan untuk tabungan dan sedekah membuat seseorang tidak terjebak dalam pola hidup boros.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan berkurang harta karena sedekah.” (HR. Muslim)
Menjaga Lingkungan Pergaulan
Pergaulan adalah faktor yang sangat kuat dalam membentuk pola hidup seseorang. Banyak anak muda yang awalnya sederhana, tetapi kemudian berubah hedon karena terpengaruh teman sebaya.
Memilih Teman yang Shalih
Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi bisa memberimu parfum, atau engkau bisa membeli darinya, atau engkau bisa merasakan bau harumnya. Sedangkan pandai besi bisa membakar pakaianmu atau engkau merasakan bau busuk darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa teman memiliki pengaruh besar. Maka penting memilih sahabat yang mendorong pada kebaikan, bukan yang menjerumuskan pada kemewahan.
Menghindari Pergaulan yang Hanya Mengejar Dunia
Lingkungan pergaulan yang sibuk memamerkan harta, mobil mewah, atau gaya hidup glamor akan membuat hati mudah tergoda. Seseorang yang terlalu sering melihat hal-hal duniawi akan sulit menjaga kesederhanaan hati.
Penulis menyampaikan, “Pergaulan ibarat cermin. Jika kita berada dalam lingkaran yang hanya bicara kemewahan, maka lambat laun hati kita pun ikut terikat pada gemerlap dunia.”
Memperbanyak Syukur dan Qana’ah
Salah satu kunci terhindar dari gaya hidup hedon adalah memiliki sifat qana’ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang Allah berikan.
Menyadari Nikmat Allah
Setiap detik kita menerima nikmat dari Allah, baik berupa kesehatan, keluarga, maupun rezeki. Jika kita pandai bersyukur, maka hati akan tenang dan tidak selalu merasa kurang.
Membiasakan Diri dengan Doa dan Dzikir
Hati yang lalai akan mudah tergoda dunia. Namun hati yang selalu berdzikir kepada Allah akan lebih tenang dan jauh dari sifat tamak.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang diberi rezeki oleh Allah berupa qana’ah, maka sungguh dia telah diberi kebaikan dunia dan akhirat.” (HR. Ibnu Hibban)
Penulis menegaskan, “Syukur dan qana’ah adalah obat bagi hati yang gelisah akibat godaan dunia. Orang yang qana’ah hidupnya lebih tenteram meski harta sedikit.”
Mengisi Waktu dengan Aktivitas Bermanfaat
Hidup hedon seringkali muncul karena waktu kosong yang diisi dengan hal-hal tidak berguna. Islam mengajarkan agar setiap waktu digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat.
Menuntut Ilmu dan Membaca
Ilmu adalah cahaya yang menyinari hati. Mengisi waktu dengan menuntut ilmu akan menghindarkan seseorang dari kegiatan sia-sia.
Terlibat dalam Kegiatan Sosial
Membantu sesama, aktif di masjid, atau mengikuti kegiatan sosial adalah cara mengisi waktu agar lebih bermanfaat.
Penulis menyampaikan, “Semakin sibuk kita dengan amal, semakin sedikit ruang bagi hedonisme untuk merasuk dalam jiwa.”
Fenomena Gaya Hidup Hedon di Kalangan Anak Muda
Jika melihat fenomena sekarang, banyak anak muda yang terjebak pada budaya hedon karena dorongan media sosial. Platform seperti Instagram atau TikTok sering menjadi ajang pamer kekayaan.
Banyak pula yang terjebak pada gaya nongkrong di kafe mahal hanya untuk sekadar mengambil foto. Bahkan ada yang berani berhutang demi terlihat kaya di depan teman atau followers.
Dalam hal ini, ulama sering mengingatkan agar anak muda tidak menjadikan media sosial sebagai tolok ukur kebahagiaan. Kebahagiaan sejati ada pada hati yang bersyukur, bukan pada jumlah like atau komentar.
Pandangan Ulama tentang Hidup Sederhana
Para ulama sejak dahulu menekankan kesederhanaan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menegaskan bahwa mencintai dunia secara berlebihan akan membuat hati buta dari kebenaran.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah juga mengingatkan bahwa orang yang sibuk dengan dunia akan kehilangan kenikmatan ibadah. Karena itu, kesederhanaan adalah jalan tengah agar seorang muslim tetap dekat dengan Allah.