3 Adab Berkunjung ke Rumah Orang yang Meninggal

Islami7 Views

Dalam ajaran Islam, setiap aspek kehidupan memiliki aturan dan tuntunan, termasuk saat berkunjung ke rumah orang yang sedang berduka. Kunjungan semacam ini bukan sekadar formalitas sosial, melainkan wujud kepedulian, empati, dan pengamalan sunnah. Adab berkunjung ke rumah orang yang meninggal perlu dijaga agar kedatangan kita membawa manfaat, bukan justru menambah beban kesedihan.

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia akan selalu hadir ketika saudaranya membutuhkan, termasuk di saat musibah kematian. Dalam kondisi itu, Islam menekankan pentingnya menjaga ucapan, sikap, dan tindakan agar sesuai dengan tuntunan syariat.

Pentingnya Memahami Adab Takziyah

Takziyah adalah tradisi mulia dalam Islam. Kata takziyah berasal dari bahasa Arab “عزى” yang berarti menghibur, menguatkan hati, dan memberi dorongan agar tetap tabah dalam menghadapi musibah. Takziyah juga bermakna doa agar orang yang wafat diampuni dosanya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran.

Kunjungan ke rumah duka sering kali menjadi momen yang penuh haru. Namun, di situlah kita diuji: apakah mampu menghadirkan diri dengan sikap yang benar, menenangkan hati keluarga yang berduka, dan mendoakan almarhum dengan tulus.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seorang mukmin yang mengucapkan takziyah kepada saudaranya yang ditimpa musibah melainkan Allah akan memakaikan kepadanya pakaian kemuliaan pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah)

Hadits ini menunjukkan betapa besar pahala dari takziyah. Tidak hanya sebagai wujud empati, tetapi juga ladang amal yang kelak menjadi penyelamat di hari akhir.

Adab Pertama: Menyampaikan Ucapan Takziyah dengan Lembut

Hal paling utama saat berkunjung ke rumah orang yang meninggal adalah mengucapkan takziyah. Ucapan ini hendaknya lembut, penuh doa, dan tidak menyinggung perasaan keluarga.

Islam mengajarkan bahwa kalimat terbaik adalah doa yang ringkas, misalnya:

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Allahummaghfir lahu warhamhu wa’afihi wa’fu anhu.”

Ucapan sederhana ini memiliki makna yang sangat dalam. Selain mendoakan almarhum, kita juga menegaskan kesadaran bahwa semua manusia akan kembali kepada Allah.

Hadits Tentang Pentingnya Doa

Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Dari hadits ini, doa orang-orang yang datang bertakziyah termasuk amalan yang memberi manfaat bagi almarhum. Itulah sebabnya, saat bertemu keluarga duka, jangan hanya diam, tapi sampaikan doa terbaik.

Cara Menyampaikan dengan Tenang

Selain isi ucapan, cara menyampaikannya juga sangat penting. Suara tidak perlu dikeraskan, tatapan mata hendaknya penuh empati, dan hindari kata-kata yang justru memperburuk suasana seperti “Seandainya dia tidak begini, mungkin masih hidup”. Kata semacam itu dilarang dalam syariat karena mengandung penyesalan yang berlebihan.

Adab Kedua: Menjaga Sikap dan Perilaku di Rumah Duka

Setelah menyampaikan doa, adab berikutnya adalah menjaga sikap selama berada di rumah duka. Kehadiran kita di sana harus membawa ketenangan, bukan kegaduhan.

Larangan Menangis Berlebihan

Islam membolehkan menangis karena kesedihan adalah fitrah. Namun, yang dilarang adalah ratapan berlebihan hingga merobek baju, menampar wajah, atau berteriak keras. Rasulullah SAW menegaskan:

“Bukanlah dari golongan kami orang yang menampar-nampar pipi, merobek-robek baju, dan berteriak-teriak seperti orang jahiliyah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, meskipun kita turut bersedih, tetap harus menahan diri agar tidak larut dalam ratapan yang berlebihan.

Menjaga Ucapan dan Suasana

Selain tangisan, percakapan juga perlu diperhatikan. Jangan sampai kita berbincang dengan suara keras, bercanda, atau bahkan membicarakan hal-hal duniawi yang tidak relevan. Kehadiran di rumah duka adalah untuk berempati, bukan untuk bersosialisasi secara biasa.

Penulis pernah mendapati suasana duka yang mendadak berubah bising karena beberapa orang sibuk bercakap-cakap tentang pekerjaan. Hal semacam ini jelas tidak pantas. “Rumah duka seharusnya menjadi tempat doa, bukan ajang berbincang urusan dunia.”

Adab Ketiga: Membantu Keluarga yang Berduka

Adab berikutnya adalah memberikan bantuan nyata kepada keluarga yang ditinggalkan. Musibah kematian sering membuat mereka sibuk mengurus jenazah sehingga melupakan kebutuhan dasar, seperti menyiapkan makanan.

Sunnah Menyiapkan Makanan

Rasulullah SAW memberi contoh nyata ketika Ja’far bin Abi Thalib wafat. Beliau bersabda:

“Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far, karena sesungguhnya mereka sedang ditimpa sesuatu yang menyibukkan mereka.” (HR. Abu Dawud)

Hadits ini menjadi dasar bahwa tetangga, kerabat, atau sahabat dianjurkan untuk membantu keluarga duka, minimal dengan menyiapkan makanan.

Bentuk Bantuan Lain

Selain makanan, bantuan lain yang bisa diberikan adalah:

  • Menyumbang kebutuhan logistik rumah duka
  • Membantu dalam pengurusan tamu yang datang
  • Memberi dukungan finansial bila keluarga membutuhkan
  • Menawarkan jasa, misalnya mengantar jenazah atau membantu administrasi

Semua ini merupakan bentuk solidaritas yang sangat ditekankan dalam Islam.

Contoh Ucapan Takziyah Islami yang Dianjurkan

Banyak orang bingung bagaimana cara mengucapkan belasungkawa yang benar sesuai syariat. Berikut beberapa contoh yang bisa digunakan:

Ucapan Singkat dan Ringkas

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Semoga Allah mengampuni almarhum dan memberikan kesabaran kepada keluarga.”

Ucapan Doa Lengkap

“A’zhamallahu ajrakum wa ahsana ‘azaakum wa ghafara limayyitikum.”
(Artinya: Semoga Allah memberikan pahala yang besar kepada kalian, memberikan ketabahan atas musibah ini, dan mengampuni orang yang meninggal.)

Ucapan untuk Keluarga Dekat

“Allahumma ajirhum fi mushibatihim wa akhlif lahum khairan minha.”
(Artinya: Ya Allah, berilah pahala atas musibah ini dan gantilah dengan sesuatu yang lebih baik darinya.)

Ucapan ini bukan hanya formalitas, tetapi benar-benar doa yang akan sampai kepada almarhum dan menjadi penghibur bagi keluarga yang berduka.

Pendapat Redaksi Aet.co.id

Sebagai penulis, saya melihat bahwa adab-adab ini bukan sekadar aturan kaku, melainkan sarana menjaga martabat manusia di saat paling rapuh. Banyak keluarga yang merasa dikuatkan hanya dengan doa tulus dan kehadiran sopan dari orang-orang terdekat. “Takziyah adalah momen ibadah sosial, di mana kesedihan dijawab dengan doa, dan kehilangan dipeluk dengan persaudaraan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *