Search
Close this search box.

Keistimewaan Hajar Aswad, Batu Surga yang Mulia

Keistimewaan Hajar Aswad – Banyak hal-hal yang sangat di mengagumkan dan sangat bersejarah di Tanah Suci, baik itu suatu benda ataupun suatu tempat. Salah satu benda yang mengagumkan atas sejarahnya adalah Hajar Aswad.

Hajar Aswad merupakan sebuah batu hitam yang sangat berbeda dari batu kebanyakan. Perbedaan tersebut yang paling istimewa adalah batu ini berasal dari surga, bukan bumi maupun luar angkasa.

Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ

Artinya: Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Hajar Aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.

Berdasarkan hadits di atas, Hajar Aswad ini nyatanya berwarna putih. Tetapi, karena dosa-dosa yang kita lakukan, hasilnya batu istimewa ini berubah menjadi hitam.

Keistimewaan Hajar Aswad

Hajar Aswad yang menjadi rebutan para umat Muslim untuk menciumnya karena hal yang disunnahkan memiliki beberapa keistimewaan. Berikut keistimewaan dari Hajar Aswad yang dimuliakan.

Bertempat di Masjidil Haram dekat dengan Ka’bah

Hajar Aswad ini diletakkan di dekat Ka’bah, yakni di pojok bagian timur laut bangunan Ka’bah. Penempatan ini merupakan sudut yang dibangung pertama kalinya oleh Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail.

 

Merupakan titik awal dari pelaksanaan tawaf

Keistimewaan ini adalah yang berkaitan dengan rukun melaksanakan haji dan umroh, yakni pelaksanaan tawaf. Tawaf merupakan pengelilingan Ka’bah oleh para jamaah.

Titik mulai atau start melaksanakan tawaf adalah di bagian sudut timur laut bangunan Ka’bah, yakni tempat dimana Hajar Aswad berada.

Menciumnya adalah Sunnah Nabi

Di dalam Islam, umat Muslim disunnahkan untuk mencium dan mengusapkan tangan pada batu yang sangat istimewa ini. Sesuai dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Umar bin Khattab menyaksikan Rasulullah mengusap seta mencium Hajar Aswad sebagai berikut:

إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

Artinya: Sungguh, aku tahu, kamu hanya batu. Tidak bisa memberi manfaat atau bahaya apapun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menciummu, aku pun enggan menciumnmu.

Batu yang berasal dari surga

Batu yang sangat berbeda dari bebatuan yang ada di bumi maupun bebatuan yang berasal dari luar angkasa ini nyatanya berasal dari surga. Sebab, tidak ada bebatuan yang pernah ditemukan sama seperti Hajar Aswad ini di tata surya.

Saksi hari Kiamat

Ternyata, batu hitam ini merupakan sebuah saksi saat hari Kiamat kelak. Kesaksian yang diberikannya adalah bersaksi untuk siapa saja yang pernah menyentuhnya dengan tulus dan kesungguhan hati.

Hal ini sesuai dengan hadits riwayat dari Ibnu Abbas radiyallahu’anhu bahwa Rasululullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda yang artinya, “Demi Allah, Allah akan membangkitkan batu ini (Hajar Aswad) di hari akhir dengan mata dan mulut yang dapat berbicara. Sebagai saksi bagi siapa saja yang mengusap dan menciumnya dnenga cara yang benar saat di dunia.”